Cari Blog Ini

Rabu, 27 Juni 2012

la Maktub la Mantuq

Tata-tulis tersebut adalah "لاَ مَكْتُوْبٌ وَ لاَ مَنْطُوْقٌ" (tidak tertulis dan tidak dibaca), menurut tata-bahasa huruf-huruf yang hilang tersebut tidak perlu gugur karena tidak ada sebabnya. Akan tetapi manakala tata-tulis yang mutawatir seperti itu, maka tata-tulisnya tetap harus demikian. Memang al-Rasm al-Mushhaf harus sesuai dengan kaidah tata-bahasa, akan tetapi tata-tulis tersebut tidak menyalahi tata-bacanya, karena ditulis atau tidak tata-bacanya juga seperti itu.

Seperti "التّابُوْتُ" di al-Baqarah : 248 yang ditulis dengan "ت" tidak dengan "ة", demikian juga "رحمت" dan  (206) نعمت, yang ditulis dengan "ت" karena mengikuti bahasa Quraisy yang sudah disepakati, ini termasuk tata-tulis yang "مَكْتُوْبٌ وَ مَنْطُوْقٌ" tetapi tidak sesuai dengan kaidah Imla'. Sementara itu ada yang "مَكْتُوْبٌ وَ مَنْطُوْقٌ" dan sesuai dengan kaidah di antaranya adalah "يُرِيْكُمُوْهُمَْ" di al-Anfal : 44, dengan menambahkan Wawu (و) sesudah Mim (م), seperti juga "يَسْأَلْكُمُوْهَا", "فَكَرِهْتُمُوْهُ" "كَرِهْتُمُوْهُنّ", dan "أَنُلْزِمُكُمُوْهَا" dan lain lain yang kembali kepada tata-bahasa yang dilestarikan oleh al-Qur'an.207

Tata-tulis tersebut tidak mempengaruhi tata-bacanya, karena itu pembelajarannya tetap disesuaikan dengan tata-tulis yang ada. Akan tetapi karena tata-tulisnya menyangkut masalah tata-bahasa, tentu penjelasan tersebut diberikan kepada anak didik sesudah mereka belajar Qawa'id al-Lughah sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.

3. Tata-tulis yang tidak sesuai dengan tata-tulis Imla'.
Ini yang sering menjadi masalah, karena anak didik sudah terbiasa sejak dari belajar Tajwid. Di antara tata-baca yang tidak sesuai dengan pelajaran mereka adalah tanda panjang Alif (ا) sesudah فتحة) ـَ), seperti tanda panjang Wawu (و) sesudah ضمة) ـُ) , dan Ya' (ي) sesudah كسرة) ـِ), menandakan bacaanya harus panjang, dengan ukuran tertentu sesuai dengan keadaan susunan kalimatnya yang dinamakan bacaan مد. Ada yang bernama "مد واجب", dan ada yang "مد جائز" dan seterusnya.

Di dalam al-Qur'an mereka berhadapan dengan keadaan lain, di antaranya :

a. Tata-tulis yang "مَنْطُوْقٌ وَ لاَ مَكْتُوْبٌ" (dibaca tetapi tidak tertulis).
Seperti "مَلِكِ" di al-Fatihah , "مِيْعدٌ" di al-Anfal : 42, "مَسجِدَ" di al-Taubah : 12, "سِرجًا" di al-Furqan : 61, "لَبِثِيْنَ" di al-Saba' : 23, dan "سَموَاتٍ" di banyak ayat, dan masih banyak lagi, misalnya di Juz I saja terdapat 204 kata, yang menggambarkan adanya bacaan panjang tetapi dilambangkan dengan harakat "فتحة" berdiri di atas atau di depan huruf tanpa Alif (ا) dan di beberapa kata yang lain memakai Alif (ا).

Karena anak didik belum memahaminya, maka pada tahap pemula diberitahukan bahwa pada hakekatnya harakat dalam posisi tegak berdiri di atas atau di belakang huruf adalah sama dengan bacaan panjang yang memakai Alif (ا) seperti yang mereka kenali di dalam pelajaran Tajwid.

Sedang bagi anak didik yang sudah memahaminya perlu diberi penjelasan sesuai dengan tingkatannya. Misalnya dijelaskan bahwa ملِكِ) مَالِكِ) adalah صيغة (bentuk) اسم فاعل, dengan tanda huruf pertama dipanjangkan dengan menggunakan Alif (ا) ، o"مَسجِدَ") مَسَاجِدَ) merupakan bentuk Shighah Muntaha al-Jumu' (صيغة منتهى الجموع) dari kata مَسْجِدٌ, di al-Saba' : 23, "لاَبِثِيْنَ" adalah bentuk Jama' Mudzakar Salim (جمع المذكر السالم) dari kata "مِيْعدٌ" (مِيْعَادٌ)o , "لاَبِثٌ"adalah Isim Zaman dan Makan (اسم زمان و مكان), "سِرجًا" (سِرَاجًا) adalah Isim Jamid (اسم جامد) yang tidak diambil dari kata lain dan seterusnya. Kemudian di buatkan kesimpulan tentang adanya bermacam-macam صيغة (bentuk kalimah), dan diberikan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

Karena yang demikian ini bisa jadi belum diakrabi anak didik, maka perlu diterjemahkan dengan tata-tulis Imla' sebagaimana biasanya. Selanjutnya dijelaskan misalnya kata "جِيْءَ" merupakan bentuk Mabni Majhul (مبني مجهول) dari kata "جَاءَ" yang menurut sebagian ahli tafsir ditambahkannya Alif (ا) di belakang "ج" adalah untuk mengingatkan betapa seramnya hari itu, dan betapa ngerinya neraka Jahanam. Akan tetapi apakah waktu itu Khalifah 'Utsman dan para penulis yang empat orang itu memang sengaja menambahkan Alif (ا) supaya ditafsirkan demikian atau karena memang model tata-tulis Bahasa Quraisy seperti itu, wallahu a'lam.

Mengenai bacaan "إِمَالَةْ" seperti "مَجْرَيْهَا" di Hud : 41 para ahli Qira'at berbeda pendapat tentang tempat-tempatnya. Anak didik yang tidak diprogram secara spesialis, tidak perlu diajarinya, dan kalau pun diajarkan bukan untuk diamalkan dalam keseharian mereka, supaya jangan membingungkan orang banyak atau bahkan dijadikan bahan obrolan dan gurauan yang tidak pada tempatnya.

b. Tata-tulis yang "مَكْتُوْبٌ وَ لاَ مَنْطُوْقٌ" (tertulis tapi tidak dibaca).
Ada yang melampaui satu huruf seperti "سَبِّحِ اسْمَ", "فَسَبِّحْ بِاسْمِ ربِّكَ" dan juga ada Hamzah Washal (هَمْزَةُ الْوَصْلِ) lainnya, dua huruf ال dalam "يُقِيْمُوْنَ الصّلاَةَ" serta "ال" al-Syamsiyah (ال الشّمْسِيّةْ) lainnya, dan.tiga huruf  اال dalam "وَ لاَ الضّالِّيْنَ" , dan empat huruf واال dalam "وَ أَقِيْمُوْا الصّلاَةَ", dan masih banyak lagi yang dapat dijumpai. Berdasarkan kaidah Bahasa Arab huruf-huruf tersebut tetap harus ada, akan tetapi karena tata-bacanya, maka harus gugur atau tidak dibaca.

Mengenai "الم" dan huruf-huruf Muqatha'ah (الحُرُوْف الْمُقَطّعَةُ) lainnya di awal surah, meskipun tidak diketahui apa arti dan maksudnya, tetap dibaca secara eja yaitu "Alif" (أَلِفْ), Lam (لاَمْ) dan Mim (مِيْمْ), bukan dibaca "اَلَمَ" dengan harakat fathhah, kasrah atau dhamah semua. Dalam hal ini yang ditirukan tata-bacanya, bukan membaca tulisannya. Soal apa dan bagaimana artinya semua ahli tafsir sepakat untuk menyerahkan kepada Allah, karena Rasul Allah dan para sahabat menirukan seperti itu.

Yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Arab (Tata-tulis Imla') seperti "مِائَةٌُ" di al-Baqarah : 259 dengan tambahan Alif (ا) sesudah Mim (م)o (أَنْبَؤُاْ) di al-An'am : 5 dengan tambahan Alif (ا) di akhir, "أَنَا" di al-Kafirun dan lain-lain dengan tambahan Alif (ا) di belakang Nun (ن)o أَولَئِكَ di al-Baqarah : 5 dan lain-lain dengan tambahan Wawu (و) sesudah Hamzah (أ), demikian juga "أُولُوْا" di Ali Imran : 7 dan "سَأُورِيْكُمْ" di al-A'raf : 145. Semua tambahan-tambahan ini tidak dibaca.

Bacaan :
206 Lihat menambah Alif, Wawu dan Ya'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar