Cari Blog Ini

Senin, 02 Juli 2012

LA AUDHAUU

Demikian juga yang tidak sesuai dan mempengaruhi pengartiannya, seperti : "لاَ أَوْضَعُوْا" di al-Taubah : 47 yang seharusnya "لأَوْضَعُوْا" yang artinya "tentu mereka akan bergegas-gegas maju" bukan "mereka tidak maju", dan "لاَ أَذْبَحَنّهُ" di al-Naml : 21 seharusnya "لأَذْبَحَنّهُ" yang artinya "sungguh benar-benar aku akan menyembelihnya" bukan "aku tidak menyembelihnya", begitu juga "لاَ أُقْسِمُ" di awal surah al-Balad dan al-Qiyamah, seharusnya "لأُقْسِمُ" yang artinya "sungguh aku bersumpah" bukan "aku tidak bersumpah", ketiga-tiganya seharusnya ditulis tanpa Alif (ا) sesudah Lam (ل) menurut bahasa, sehingga tidak diartikan "tidak".

Yang berkenaan dengan kaidah atau tata-bahasanya seperti : "بِأَيْيْدٍ" di al-Dzariyat : 47 seharusnya "بِأَيْدٍ" dengan Ya' (ي) tunggal karena bentuk Jama (جَمْعٌ) dari kata "يَدٌ" artinya tangan-tangan, "سَلاَسِلاَ" di al-Insan : 4 seharusnya "سَلاَسِلَ" tanpa Alif (ا) di akhir kata sebagai bentuk Jama' dari kata "سِلْسِلَةٌ" artinya "mata rantai", yang Bahasa Indonesianya menjadi "silsilah", sedang yang dalam bentuk Mufrad adalah "الرّسُوْلاَ" di al-Ahzab : 66 seharusnya "الرّسُوْلَ", "السّبِيْلاَ" di al-Ahzab : 67 seharusnya "السّبِيْلَ" dan "يَايْئَسْ" di al-Ra'd : 31 seharusnya "يَيْئَسْ" dari Fi'il Madhi "يَئِسَ" artinya "sedang berputus asa", tata-tulisnya ada tetapi tidak dibaca.
Semuanya harus ditulis apa adanya seperti itu meskipun tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Arab (tata-tulis Imla'). Waktu itu Bahasa Arab memang sudah ada, akan tetapi patokan-patokan dan kaidah-kaidahnya baru disusun kemudian setelah Khalifah Ali t mulai merintisnya, sehubungan dengan adanya "salah baca". Kemudian para ahli bahasa menetapkan al-Qur'an sebagai sumber rujukan dan contoh di samping sya'ir-sya'ir pada masa Jahiliyah sampai dengan awal-awal Islam, walaupun syair-syair itu sendiri tidak seluruhnya sesuai dengan kaidah, seperti208 :


Seharusnya menurut kaidah adalah "وَ أَبَا أَبِيْهَا", tetapi Abu al-Najm al-'Ijli yang hidup di masa Daulah Umaiyah menjadikan "أَبَاهَا" Majrur karena Idhafah (مَجْرُوْرٌ بِالإِضَافَةِ) dengan tanda Kasrah yang dikira-kirakan pada Alif (ا) nya أَبَاهَا.
Juga yang tidak sesuai dengan kaidah adalah "مَسْجِدٌ", bentuk Isim Zaman dan Makan (اسم زمان و مكان) yang berasal dari Fi'il Madhi (فعل ماض) yaitu "سَجَدَ ـ يَسْجُدُ ـ مَسْجَدٌ" seperti
 "نَصَرَ ـ يَنْصُرُ ـ مَنْصَرٌ", yang dipakai al-Qur'an tidak "مَسْجَدٌ", kemudian para ahli bahasa mengatakan : "المُخَالِفَةُ لِلْقِيَاسِ" atau yang menyalahi aturan qiyas bahasa. Sejalan dengan ini Al-Khalil ibn Ahmad menghitung ada sekitar 6.693.680 buah kata-kata dalam Bahasa Arab yang tidak terpakai, sedang yang dipakai sekarang hanya 5.620 kata saja.209
Tata-tulisnya tidak ada pengaruhnya terhadap tata-bacanya. Akan tetapi karena tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, maka dikembalikan kepada masalah Nahwu dan Sharafnya, dan bagaimana pemaknaannya perlu dijabarkan apabila sudah masuk pada kajian kaidah. tersebut

4. Tata-tulis yang berbeda antara satu ayat dengan ayat lainnya, tidak dalam hal Fashl dan Washl.
"نِعْمَتٌ" di al-Baqarah : 231 dan di sepuluh tempat lainnya seperti yang sudah disinggung di muka210 dengan , "نِعْمَةٌ" di ayat-ayat yang lain. Masalah ini kembali kepada tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani. Keduanya dari segi tata-tulisnya tidak sama, tetapi dari segi tata-baca dan artinya sama.
Sama dengan "التابوة" menurut tata-tulis Imla' dan "التابوت" menurut tata-tulis bahasa Quraisy. Demikian juga "رَحْمَةْ" ditulis dengan "ت" karena mengikuti Bahasa Quraisy dan ditulis dengan "ة" karena sesuai dengan kaidah Imla'.
Demikian juga "يَأْتِ لاَ تُكَلّمُ" di Hud : 105 tidak memakai Ya' (ي) di akhir "يَأْتِ" walaupun tidak dalam keadaan مَجْزُوْمٌ (dijazemkan), karena menurut tata-bahasa Kabilah Hudzail dengan "تَأْتِي السّمَاءُ" di al-Dukhan : 10 yang memakai Ya' (ي) dalam keadaan yang sama. Begitu juga "لَدَى" di Mu'min : 18, dan "لَدَا" di Yusuf : 25, "الأَيْكَةِ" di al-Hijr : 78 dan Qaf : 14 dengan "لْيْكَةِ" di lainnya, "بَسْطَةً" di al-Baqarah : 247, dan "بَصْطَةً" di al-A'raf : 69.
Kesemuanya kembali kepada eksistensi al-Qur'an sebagai pemersatu bahasa-bahasa kabilah yang ada di Jazirah Arab. Menerangkan hal seperti ini yang mula pertama dilakukan adalah menyiapkan tenaga pengajar yang benar-benar membidangi al-Qur'an sekaligus mengerti Bahasa Arabnya, karena bukan menyangkut soal kaidah saja, akan tetapi juga soal wawasan bahasa.

5. Tata-tulis yang berbeda antara satu ayat dengan ayat lainnya, dalam hal Fashl dan Washl.
  1. "إِنّ مَا تُوْعَدُوْنََ" di al-An'am : 134, dengan "إِنّمَا صَنَعُوْا" di Thaha : 69,
  2. "عَنْ مَا" di al-A'raf : 166, dengan "عَمّا" di ayat lainnya,
  3. "فَمَالِ الّذِيْنَ" di al-Ma'arij : 36,
  4. "مَالِ هذَا" di al-Furqan : 7, dan al-Kahfi : 49, serta "فَمَالِ هؤُلاَءِ الْقَوْمِ" di al-Nisa' : 78, tidak sama dengan "وَ مَا لِلظّالِمِيْنَ" di Ali 'Imran : 192 misalnya(211),
  5. "أَمْ مَنْ يَكُوْنُ" di al-Nisa' : 109, dengan "أَمّنْ يَمْشِيْ" di al-Mulk : 22,
  6. "أَمْ مَنْ خَلَقْنَا" di al-Shaffat : 11, dengan "أَمّنْ جَعَلَ الأَرْضََ" di al-Nahl : 61, begitu juga
  7. "أَمْ مَنْ يَأْتِي" di Fushilat : 40 dengan "ءَا اللَّهُ خَيْرٌ أَمّا يُشْرِكُوْنَ" di al-Naml : 59 yang juga diwashal atau diidghamkan, dan lain-lain yang semisalnya.

Tata-tulis tersebut secara umum tidak berpengaruh terhadap tata-bacanya akan tetapi pada pemaknaannya, khususnya "مَا" yang jenisnya bermacam-macam. Bagi anak didik yang baru mulai memahami kaidah tentang Jumlah Ismiyah (جملة اسمية), tentu akan terusik pikirannya, karena tata-tulis yang seharusnya dipisah malah disambung atau sebaliknya, seperti "إِنّمَا" biasanya tidak sama dengan "إِنّ مَا" seperti 
"إِنّ مَا تُوْعَدُوْنَ" di al-An'am : 134 dan "إِنّمَا صَنَعُوْا" di Thaha : 69, bisa jadi "عَنْ مَا نُهُوْا" di al-A'raf : 166 tidak sama artinya dengan "عَمّا" pada umumnya, dan "مَا لِهذَا" jelas tidak sama dengan "مَالِ هذَا".
Karena itu, tata-tulis yang menyangkut Kaidah bahasa penjelasannya perlu dilebarkan sesuai dengan tingkat pendidikannya, seperti mengapa ditulis memakai Alif (ا) sedang yang lain memakai Wawu (و) dan lain sebagainya seperti contoh-contoh terdahulu.

Bacaan :
207 Lihat hlm 94.
208 Lihat Ibn 'Aqil. Syarah Ibn 'Aqil. (Tanpa Penerbit, Tt), Juz I. hlm 51.
209 Lihat Jirji Zaidan. op. cit. Juz I. hlm. 429.
210 Lihat hlm. 101.
211 .Lihat rangkuman di hlm 100-101.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar