Cari Blog Ini

Jumat, 04 Mei 2012

Keistimewaan al-Rasm al-'Utsmani pada al-Qur'an

Keistimewaan tata-tulis pada al-Mushhaf al-'Utsmani adalah :

1. Mengandung berbagai macam tata-baca(180).
Dalam tata-tulis tanpa titik dan syakal, memungkinkan beberapa ayat mengandung berbagai tata-baca, tanpa merubah makna ayat. Seperti ayat "ان هدان لساحران" di Thaha : 63 dapat dibaca dengan tiga cara yaitu "إِنْ هَذَانِّ لَسَاحِرَانِ" menurut Ibn Katsir al-Makki, "إِنّ هَذَيْنِ لَسَاحِرَانِ" menurut Abu 'Amr al-Bashri dan "إِنّ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ" menurut Nafi'.
"نُنْشِزُهَا" di al-Baqarah : 259 dapat dibaca "نُنْشِرُهَا" oleh Nafi, Ibn Katsir dan Abu 'Amr, 
"فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا" di al-Zumar 71 dan 73 dapat dibaca "فُتِّحَتْ أَبْوَابُهَا" oleh selain 'Ashim, Hamzah dan al-Kisa'i, "سُعِدُوْا" di al-Hud : 108 dapat dibaca "سَعِدُوْا" oleh warga al-Hijaz, al-Bashrah dan al-Syam, 
"وَ مَا يَخْدَعُوْنَ " di al-Baqarah : 9 bisa dibaca "وَ مَا يُخَادِعُوْنَ" oleh Nafi', Ibn Katsir dan Abu 'Amr, atau seperti "عليهم" di al-Fatihah dapat dibaca "عَلَيْهُمْ" menurut Hamzah, "عَلَيْهِمُو" dengan cara Isyba' al-Mim menurut Nafi' dan Ibn Katsir, dan "عَلَيْهِمْ" yang kita baca, seperti yang tertulis di al-Qur'an(181).
Demikian juga penulisan "صِرَاطَ" dengan "ص" menurut Bahasa Quraisy yang dibaca oleh 'Ashim, al-Kisa'i, Hamzah, Nafi' dan Ibn 'Amir, dan dengan "س" menurut Abu 'Amr dan Ibn Katsir, atau tata-baca panjang tapi tidak memakai tanda panjang berupa alif sebagaimana mestinya menurut kitab-kitab. Seperti tata-baca "مَالِكِ" dengan memanjangkan Mim sebagaimana yang kita baca di al-Fatihah menurut bacaan 'Ashim, al-Kisa'i, Hamzah, Nafi' dan Ibn 'Amir, dan "مَلِكِ" dengan Mim yang dibaca pendek menurut Ibn Katsir(182), dan lain-lain banyak sekali dijumpai di dalam al-Mushhaf.
Kalau seperti itu ditulis dengan tata-tulis Imla' akan terjadi kekurang sempurnaannya, karena ada tata-baca yang sah yang hilang. Dalam hal ini Ibn al-Jazari(183) mengatakan : "Para sahabat sebenarnya sudah mengenali tanda-tanda yang berupa titik dan baris, akan tetapi sengaja tidak diterapkan dalam al-Mushhaf al-'Utsmani karena adanya kemungkinan tersebut"(184).

2. Sanadnya bersambung dan mutawatir. Sanad adalah merupakan spesifikasi al-Qur'an dan harus ditepati, kalau tidak akan keluar dari keputusan sidang, dan dinyatakan tidak boleh diamalkan. Lebih dari itu tata-bacanya akan kacau, tidak ada standar yang baku yang harus dipatuhi, akhirnya setiap orang boleh membaca semaunya sendiri. Dengan Sanad yang mutawatir maka selain yang terrangkum dalam al-Rasm al-'Utsmani tidak boleh diamalkan, baik dalam shalat maupun di luar shalat.
Point kedua ini juga berarti menunjukkan adanya point pertama, sedang point pertama juga menunjukkan adanya point kedua.

3. Menunjukkan asal huruf dan keaslian tata-bacanya.
Seperti dalam ayat "سَأُورِيْكُمْ دَارَ الْفَاسِقِيْنَ" di al-A'raf : 145, adanya Wawu (و) di situ menunjukkan asal harakat / syakal dan hurufnya. Seperti kata "الصّلوةَ" dan "الزّكَوةَ" yang menandakan asal hurufnya "الصّلاَةَ" dan "الزّكَاةَ" adalah Wawu (و) dan lain sebagainya.

4. Memberitahukan berlakunya bahasa fushha.
Di dalam al-Mushhaf al-'Utsmani terdapat kata-kata "رَحْمَة" yang ditulis dengan huruf "ت" tidak dengan "ة", menunjukkan bahwa tata-tulis seperti itu (dengan ت) adalah termasuk bahasa fushha yang dilestarikan oleh al-Qur'an. Demikian juga "نِعْمَت" di al-Baqarah : 231, Ali Imran : 103, al-Maidah : 11, Ibrahim : 28, 34, al-Nahl : 72, 83, 114, Luqman : 31, Fathir : 3 dan al-Thur : 29. Dengan ini pula al-Qur'an telah mempersatukan Kabilah-kabilah yang ada dalam bahasa yang sama, seperti juga memakai istilah bahasa kabilah tersebut(185).

Kemajuan itu terjadi sebagai berikut :
Termasuk konsistensi tata-tulisnya, seperti dalam :
  1. Fashal/Washal (menyambung/tidak menyambung), seperti "إِنَّمَا صَنَعُوْا" di Thaha : 69, tidak sama dengan "إِنَّ مَا تُوْعَدُوْنَ" di al-An'am : 134,
  2. Menulis Alif ( " لَدَا")di Yusuf : 25, berbeda dengan "لَدَى" di Ghafir : 18,
  3. Idgham, 
    • seperti "عَنْ مَا نُهُوْا" dalam al-A'raf : 166, sementara di tempat lain "عَمَّا" diidghamkan, 
    • "أًَمّنْ يَمْشِيْ" di al-Mulk : 22 dengan "أَمْ مَنْ أَسّسَ" di al-Taubah : 109, 
    • "إِنّنِيْْ" di Thaha : 14 dengan "إِنِّيْ" di al-An'am : 79, "إِنّنَا" di Ali 'Imran : 16 dengan "إِنّا" di al-Ahzab : 76.
  4. Mengandung makna yang mendetail.
  5. Seperti yang dikatakan beberapa ahli tafsir, dalam tata-tulis "بِأَيْيْدٍ" di al-Dzariyat : 47 
    • (وَ السّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْيْدٍ وَ إِنّا لَمُوْسِعُوْنَ), yang menggunakan dobel Ya' untuk menunjukkan makna mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah I yang menciptakan langit, tidak ada yang menyamai atau bahkan menandingi-Nya, 
    • atau tata-tulis "وَ جِايْءَ" di al-Fajr : 23 (وَ جِايْءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنّمَ), yang ditulis dengan tambahan Alif (ا) sebelum Ya' (ي) menunjukkan ancaman yang sangat menakutkan yang bakal menimpa pelakunya(186). Setara dengan ayat yang berbunyi "الحَاقّةُ مَا الحَاقّةُ", dimana antara tata-tulis, tata-baca dengan artinya sepadan, sama menakutkannya(187).
  6. Menunjukkan banyak arti.
  7. Seperti penulisan "أَمْ" dalam ayat yang berbeda, yaitu "أَمْ مَنْ يَكُوْنُ عَلَيهِمْ وَكِيْلاً" di al-Nisa' : 109 yang berarti "tetapi" dan "أَمّنْ يَمْشِيْ سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ " di al-Mulk : 22 yang berarti "atau" atau "ataukah", dalam tulisan yang sama dengan tata-tulis yang berbeda, yang pertama dipisahkan sedang yang kedua disambungkan(188).
  8. Tidak bisa ditiru dan atau ditandingi oleh bahasa lain, karena mengandung nilai-nilai I'jaz dan kaidah tata-baca yang spesifik, tidak ada tata-tulis bahasa di dunia yang seperti tata-tulis ini.
  9. Menjadi rujukan, dalil dan hujah dalam Bahasa Arab, baik ilmu Nahwu maupun Sharafnya, sebagaimana yang dilakukan oleh ulama-ulama al-salaf al-shalihin.
  10. Tidak akan berubah mengikuti perkembangan ilmu manusia, karena Allah yang menurunkan dan menjaganya.
  11. Paling pas antara tulisan dan bacaaannya, karena tata-tulisnya dilahirkan oleh tata-baca tersebut, mudah diucapkan karena sudah tidak akan berubah sedikitpun dan mengandung irama tertentu sesuai dengan fitrah manusia.

Keistimewaan tata-tulis tersebut hanya dimiliki oleh al-Mushhaf al-'Utsmani dan tidak mungkin terjadi kalau al-Qur'an ditulis dengan tata-tulis Imla'. Dengan tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani tata-tulis Imla' terangkum di dalamnya, sebaliknya apabila tata-tulis Imla' yang dipakai, al-Qur'an akan kehilangan keistimewaan dan sebagian tata-bacanya seperti kalau الصراط diganti dengan السراط, يبصط ، بصطة ditulis dengan يبسط dan بسطة, dan بكة ditulis sesuai dengan yang dipakai secara umum yaitu مكة.
Lebih-lebih apabila al-Qur'an akan ditulis dengan huruf latin seperti yang dipakai Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia umurnya belum satu abad sampai dengan tahun ini, sedang bahasa al-Qur'an sudah 14 abad yang lalu, Bahasa Indonesia dengan tata-tulisnya yang ada masih dalam pertumbuhan, banyak kata-kata arab yang dipakai oleh Bahasa Indonesia, seperti kata-kata "Misal", "Soal", "Jawab", "Masalah", "Dewan" "Wakil", "Rakyat" "Wilayah", "Musyawarah", "Ilmu", "Iklan", "Katulistiwa", "Tamasya" sampai "Akal" dan "Pikiran", dan masih banyak lagi yang diambil dari Bahasa Arab. Sedang al-Qur'an turun pada saat tata-tulis dan tata-bahasa (Qawa'id) Bahasa Arab sudah sempurna.
Belum lagi sistem perubahan kata-katanya, keistimewaan huruf-hurufnya yang tidak dimiliki Bahasa Indonesia, seperti "ص", "ض", "ط", "ظ", "ذ", dan "غ". Bahasa Indonesia juga tidak mempunyai tata-tulis yang bisa mengikuti bacaan "ح" yang ditulis dengan "H" dan "خ" dengan tulisan "Kh", begitu juga bacaan panjang, tebal dan lain sebagainya.

Dengan demikian, keuntungan menepati al-Rasm al-'Utsmani antara lain :
  1. Memungkinkan orang membaca menurut kemampuannya dengan salah satu atau beberapa model tata-baca yang disahkan.
  2. Menepati سنة متبعة dan sanad yang bersambung.
  3. Berittiba' kepada para sahabat dalam menjaga dan memelihara al-Qur'an dari perubahan atau sejenisnya yang bisa merusak atau bahkan menghilangkan otentisitasnya.
  4. Menyatukan kaum muslimin seluruh dunia dalam tata-tulis dan tata-baca al-Qur'an sama.
  5. Menghilangkan sikap masa bodoh terhadap sejarah para sahabat dan ulama salaf yang berjasa dalam memelihara al-Qur'an.
  6. Memelihara keistimewaan al-Qur'an dengan tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani yang telah dijelaskan di muka.


Bacaan :
180.Lihat al-Zarqani. op. cit. Juz I. hlm 366 - 367.
181.Periksa Kitab al-Sab'ah oleh Ibn Mujahid.
182.Ibid.
183.Ibid. Juz I. hlm. 33.
184.Lihat Zaidan. op. cit. Juz I. hlm. 223.
185.Lihat al-Zarkasyi. op. cit. Juz I. hlm. 283 - 290.
186.Al-Zarqani. op. cit. Juz I. hlm. 367.
187.Lihat al-Shalih. 1976. Dirasat fi fiqhi al- Lughah. (Beirut: Daar al-'Ilmi li al-Malayin. 1976), hlm. 141-172, lihat juga di kitab-kitab al-Balaghah yang membicarakan "مُنَاسَبَةُ اللّفْظِ وَ الْمَعْنَى".
188.Lihat al-Zarkasyi. op. cit. Juz I hlm. 424.

1 komentar:

  1. Assalamu alaikum,
    Terima kasih banyak penjelasan tentang Rasm Utsmani.
    Semoga keterangan ini menjadikan penerang di hari nanti.

    salam

    Kim

    BalasHapus