Cari Blog Ini

Kamis, 05 April 2012

Penulisan al-Qur'an di Zaman Nabi

Pada waktu Al-Qur'an turun, sudah banyak sahabat-sahabat yang pandai menulis(87).
Di Makkah setidaknya sudah ada 7 orang sahabat, Misalnya : Muawiyah dan Yazid keduanya putera Abu Sufyan, Umar ibn Khathab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas'ud, Thalhah ibn Abdullah, Abu Ubaidah ibn Jarah, Hudzaifah ibn al-Yaman, Abu Hurairah, Abu al-Darda' dan Abu Musa al-Asy'ari(88).
Di al-Madinah al-Munawwarah minimal ada 10 orang. Misalnya : Saad ibn Zurarah, al-Mundzir ibn Umar, Ubai ibn Ka'ab, Zaid ibn Tsabit, Rafi' ibn Malik, Asir ibn Mudhar, Ma'n ibn Adiy, Abu Ain ibn Katsir, Aus ibn al-Khuli, Basyir ibn Said(89) dan Abdullah ibn Said ibn Umaiyah yang ditunjuk Nabi sebagai guru membaca dan menulis(90), serta Hassaan ibn Tsabit yang penyair terkenal di kalangan para sahabat(91). Dan di kalangan wanita adalah al-Syifa binti Abdullah al-Adawiyah, Hafshah binti Umar isteri Nabi.(92).
Setiap ayat turun Nabi selalu memerintah sahabat untuk menulisnya. Di antaranya beliau bersabda kepada Mu'awiyah(93) : 

اَلْقِ الدّوَاةَ ، و حَرِّفِ الْقَلَمَ ، وَ اَنْصِبِ الْبَاءَ ، وَ فَرِّقِ السِّيْنَ ، وَ لاَ تُعَوِّرِ الْمِيْمَ ، وَ حَسِّنِ اللّهَ، وَ مُدّ الرّحْمَانَ، وَ جَوِّدِ الرّحِيْمَ ، وَ ضَعْ قَلَمَكَ عَلَى أُذُنِكَ الْيُسْرَى ، فَإِنّهُ اَذْكَرُ لَك

Artinya : Teteskanlah tinta, goreskan pena, tepatkanlah "Ba'", bedakanlah "Sin", jangan bengkokkan "Mim", perindahlah tulisan "Allah", panjangkan "al-Rahman", perelok "al-Rahim", dan letakkanlah penamu di atas telinga kirimu, karena yang demikian lebih mudah mengingatkanmu.


Nabi juga pernah menyuruh sahabat agar mereka belajar al-Qur'an kepada Salim (yang gugur pada pertempuran di Yamamah, yang terjadi ketika Abu Bakar menjadi Khalifah), Mu'adz (wafat di zaman Khalifah 'Umar), 'Abdullah ibn Mas'ud (wafat di zaman Khalifah 'Utsman), dan Ubai ibn Ka'ab (wafat di zaman Khalifah 'Utsman) juga. pernah mengirim Mush'ab ibn 'Umairah dan Ibn Ummi Maktum ke al-Madinah untuk mengajarkan Islam dan al-Qur'an. Dan ketika hijarah ke al-Madinah Nabi mengirim Mu'adz ke Makkah untuk missi yang sama. Karena itu di Masjid Nabi setiap saat selalu ramai sahabat yang belajar al-Qur'an dan Nabi pun menganjurkan belajar tulis-menulis, di beberapa daerah juga banyak yang mengajarkan al-Qur'an(94).
Setelah perjalanan sejarah sekian lama, beberapa sumber menyebutkan sebagaimana berikut :

1. IBN AL-NADIM (W.1047 M) (dalam bukunya al-Fahrasat) :
-
-
-
'Ali ibn Abi Thalib
-
Ubai ibn Ka'ab
Abu al-Darda'
Mu'adz ibn Jabal
Abu Zaid
Sa'ad ibn 'Ubaid
-
'Abdullah ibn Mas'ud
'Abid ibn Muawiyah

2. AL-ZARKASYI (1355-1404 M) (dalam bukunya al-Burhan)
-
-
'Utsman ibn 'Affan
-
Zaid ibn Tsabit
Ubai in Ka'ab
Abu al-Darda'
Mu'adz ibn Jabal
Abu Zaid
Sa'ad ibn Ubaid
-
Tamim al-Dari
Abu Musa al-Asyari
Salim Maula Hudz.
'Abdullah ibn 'Umar
'Uqbah ibn 'Amir

3. IBN HAJAR (1373-1449 M) (dalam bukunya Fath al-Bari)
Abu Bakar
'Umar ibn Khathab
'Utsman ibn 'Affan
'Ali ibn Abi Thalib
Zaid ibn Tsabit
Ubai ibn Ka'ab
-
Mu'adz ibn Jabal
-
-
Mu'awiyah
al-Mughirah
Zubair ibn al-'Awam
Syarahbil ibn Hasana
'Abdulla ibn Ruwahah

4. IBN KATSIR (W. 1384 M) (dalam bukunya al-Bidayah)
Abu Bakar
'Umar ibn Khathab
'Utsman ibn 'Affan
'Ali ibn Abi Thalib
Zaid ibn Tsabit
Ubai ibn Ka'ab
-
-
-
-
Mu'awiyah
Tsabit ibn Qais
Abban ibn Sa'id
Arqam ibn Abi Arq.
Hanzhalah ibn Robi'
Khalid ibn Sa'id, dll.

5. AL-SUYUTHI (1445-1505 M) (dalam bukunya al-Itqan)
Abu Bakar
'Umar ibn Khathab
-
'Ali ibn Abi Thalib,
Zaid ibn Tsabit
-
-
-
-
-
-
Abu Huzaimah

Mereka menulis dan mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur'an(95) yang berserakan di beberapa tempat seperti pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, daun, kulit dan tulang(96) berdasarkan bacaannya apa adanya, baik susunan bahasa maupun kata-katanya, apakah dari bahasa Hijaz atau bukan(97), dari bahasa Arab atau tidak(98), berbeda tata-tulisnya(99) atau tidak sesuai dengan kecakapan dan lahjah masing-masing. Kegiatan tersebut berlangsung sejak dari masa-masa al-Qur'an turun di Makkah selama 13 tahun, sampai di al-Madinah selama 10 tahun(100), baik yang turun di waktu Nabi sedang berada di rumah atau tidak, di waktu siang maupun malam hari(101).
Kemudian tulisan-tulisan itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan belum berupa satu bendel(102) di samping di antara mereka ada yang menyimpan untuk diri sendiri(103), seperti 'Umar ibn al-Khathab(104), 'Ali ibn Abi Thalib, Ubai ibn Ka'ab, 'Abdullah ibn Mas'ud, Ibn 'Abbas, termasuk istri-istri Nabi yaitu 'Aisyah, Hafshah dan Ummu Salamah, yang di antara sisanya masih tersimpan di Damaskus(105).
Setiap tahun Malaikat Jibril selalu datang kepada Nabi untuk memantapkan bacaan, bahkan di akhir hayat beliau Jibril dua kali turun. Semua bacaan yang Rasul Allah hafal selalu beliau sampaikan kepada sahabat yang sedang beliau hadapi banyak atau sedikit, dari satu Kabilah atau bermacam-macam kabilah, karena beliau bersifat Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah, baik satu ayat, dua atau tiga dan lebih banyak lagi, dan beliau bacakan persis seperti yang diajarkan Jibril, karena Allah menjamin keutuhannya di dalam diri beliau (al-Qiyamah:16-20).
Maskipun demikian, urut-urutan surah dan ayat yang mereka hafal mereka tulis sesuai dengan ajaran Nabi yang beliau terima secara Tauqifi (wahyu) dari Allah(106) karena mereka selalu mendengar bacaan beliau, "termasuk basmalah" di setiap awal surah(107). Sedang pemberian nama-nama surah, masih diperselisihkan apakah "Tauqifi" atau "Taufiqi"(108). Adapun pembagiannya menjadi 30 juz dan lain sebagainya adalah oleh para ulama berikutnya(109).
Karena perbedaan dialek, al-Qur'an diturunkan dengan "سبعة احرفُ" (Tujuh macam tata-baca)(110), untuk memberikan kemudahan bagi umat(111). Kemunculan "Tujuh Huruf" tersebut tidak sama dengan "Qira'ah Sab'ah" yang ditulis Ibn Mujahid. Perbandingannya penulis rangkum dalam tabel berikut :

SAB'ATU AHRUF
  1. Tidak berarti hanya tujuh macam cara bacaan.
  2. Ada sejak awal mula turunnya Al-Qur'an.
  3. Diajarkan semuanya oleh Rasul Allah saw. kepada shahabat.
  4. Disandarkan pada ajaran beliau semata, yang diajarkan Jibril.
  5. Mencakup semua baca-an yang diajarkan oleh Nabi saw.
  6. Sab'atu Ahruf sama dengan bermacam-macam cara mem-bacanya. 

QIRA'AH SAB'AH
  1. Semata-mata hanya tujuh macam cara bacaan saja.
  2. Mulai ada pada abad ke-3 / 4 hijriyah saja.
  3. Bacaan-bacaan yang dihimpun oleh Ibnu Mujahid.
  4. Disandarkan pada seleksiIbn Mudjahid dari bacaan yang masyhur.
  5. Merupakan sebagian saja dari Sab'atu Ahrufnya Nabi saw.
  6. Qira'ah Sab'ah memang benar-benar tujuh, berdasarkan seleksi Ibnu Mujahid tersebut.
Penulisan Al-Qur'an pada Zaman al-Khulafa al-Rasyidin.
1. Periode Khalifah Abu Bakar 
Semasa wahyu masih dan sedang turun, al-Qur'an sudah menamakan dirinya "al-Kitab" (al-Baqarah:2)(112), yang mencakup semua wahyu yang diterima Nabi (113), tidak bergantung pada tuntasnya wahyu turun, dan meskipun belum berujud sebuah buku seperti yang populer sekarang. Pembukuan al-Qur'an baru terjadi, pada waktu Abu Bakar menjadi Khalifah, atas usul 'Umar ibn Khathab seperti yang diceritakan hadits Imam al-Bukhari dari Zaid ibn Tsabit(114).
Dalam hadits tersebut diterangkan bahwa pada mulanya Abu Bakar menolak. Penolakan itu bukan berarti Abu Bakar tidak punya kekhawatiran seperti yang dirasakan 'Umar, akan tetapi lebih karena Abu Bakar merasa bahwa Rasul Allah hanya menyuruh "menulis", tidak membukukan, hal ini cocok dengan sikap Zaid yang semula juga menolak, sebab yang dia kerjakan selama itu hanya karena setianya kepada Nabi dan ajarannya.
Usulan tersebut disampaikan 'Umar karena peristiwa pertempuran Yamamah yang merenggut jiwa lebih dari 70 sahabat yang hafal al-Qur'an(115), bukan sedikit atau bahkan banyak yang tidak hafal, sebab kalau banyak yang tidak hafal tentu 'Umar tidak perlu merasa cemas.
Ikhtisar pengumpulan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
Bahwa pembukuan telah dilaksanakan secara resmi oleh para pelaksana, dengan legalitas pemerintahan yang sah, dalam suatu majlis di Masjid, yang sengaja diadakan untuk itu, melalui prosedur yang benar.
Pembukuan dilaksanakan dengan cara kerja yang benar, Zaid yang waktu itu sudah dalam usia 22 tahun membacakan berdasarkan ayat-ayat yang dia tulis selama mendampingi Rasul Allah, mencakup berbagai tata-baca yang beliau ajarkan, selanjutnya dicocokkan dengan bacaan sahabat dan tulisan-tulisan yang ada, dibaca ayat demi ayat, mulai dari al-Fatihah hingga kata-kata "Min al-jinnati wa al-naas" di akhir surah al-Nas (sama dengan yang ada sekarang ini).
Pembukuan berlangsung kurang lebih selama 15 bulan, pada tahun 12 hijriyah, dimulai dan selesai pada masa Abu Bakar masih menjabat sebagai Khalifah. Pada waktu itu tidak ada seorang sahabat pun yang merasa keberatan, atau berusaha memalsu, menambah, mengurangi, menjungkir balik susunan surat atau ayatnya, dan lain sebagainya.
Mushhaf ini kemudian diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar untuk disimpan dan menjadi milik negara, kemudian disimpan Khalifah 'Umar selanjutnya oleh Hafshah ummu al-mu'minin binti 'Umar, setelah Umar dibunuh orang. Sementara itu para sahabat tetap mengajar dan menyebarkan al-Qur'an berdasarkan pengetahuan dan hafalan masing-masing(116), dari tahun ke tahun sampai ketika 'Utsman ibn 'Affan menjadi Khalifah. Walaupun demikian tidak mungkin mereka bersepakat berbuat bohong terhadap al-Qur'an (al-Taubah : 100. al-Mu'minun : 58-61).
Al-Qur'an tersebut merangkum semua bacaan-bacaan seperti yang diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi sebagaimana yang diceritakan Hadits-hadits tentang turunnya al-Qur'an dengan "Tujuh Huruf"(117) yang disebutkan di muka. Karena itu tata-tulisnya dikerjakan tanpa titik dan baris (harakat), sehingga mengandung kemungkinan bisa dibaca dengan berbagai tata-baca sebagaimana yang diajarkan Nabi, dan sejak itu sudah dinamakan "al-Mushhaf"(118).


Contoh tulisan di zaman Nabi tanpa titik dan baris (syakal) (Sumber: al-Juburi:41)


2. Periode Khalifah 'Utsman ibn Affan.
Pada waktu 'Utsman menjadi Khalifah, al-Qur'an dikumpulkan ulang, karena menurut laporan Hudzaifah ibn al-Yaman yang ditugaskan menjadi Gubernur di Syam telah terjadi perbedaan cara membaca, di antara para sahabat warga Irak (Kufah, yang mengikuti tata-bacanya 'Abdullah ibn Mas'ud) dan Siria (Syam, yang mengikuti tata-bacanya Ubai ibn Ka'ab), yang lain mengikuti tata-bacanya Abu Musa al-Asy'ari, ketika usaha pengembangan Islam ke Azarbaijan dan Armenia(119).
Perbedaan tersebut terjadi karena pada setiap kali Nabi mengajarkan al-Qur'an, tidak semua sahabat hadhir. Sahabat yang hadhir pun belum tentu semuanya mencatat atau menulisnya, banyak yang bertumpu pada hafalan. Sementara sahabat yang hafal belum tentu daya serap dan kualitas hafalannya sama.
Sahabat yang tidak hadhir belajar kepada yang hadhir, akibatnya belum tentu yang belajar belakangan mendapatkan 100 % dari sahabat yang hadhir. Begitu seterusnya, sehingga pada masa Khalifah 'Utsman, setelah melampaui kurang lebih 12 - 13 tahun dari masa pengumpulan al-Qur'an oleh Abu Bakar, banyak sahabat yang sudah menyebar ke berbagai tempat di luar ibukota al-Madinah al-Munawwarah yang kualitas dan kuantitas hafalannya sangat berfariasi(120).
Perbedaan tersebut lebih karena proses belajar dan mengajarnya yang berlangsung secara sporadis, apalagi mereka jauh di luar al-Madinah, dengan kualitas guru sebagaimana yang dijelaskan di muka. Untuk menyatukannya dibentuklah team yang bertugas mengumpulkan tata-baca yang mutawatir, dan ditulis sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan tata-tulis bahasa Quraisy(121). Upaya dan ucapan Khalifah Utsman kepada team penulis agar al-Qur'an dibukukan dengan memakai bahasa Quraisy adalah kenyataan sejarah yang tidak bisa dipungkiri, bukan penjelasan tradisional(122).
Berdasarkan hadits tersebut juga, pembukuan yang dilakukan Khalifah 'Utsman t menyiratkan empat faktor utama, yaitu :
Pertama : Pengumpulan dilaksanakan karena khawatir terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin.

Kedua : Pembukuannya untuk menghimpun bacaan-bacaan mutawatir yang beredar di masyarakat.

Ketiga : Team yang dibentuk Khalifah 'Utsman terdiri dari empat sahabat yang ahli, yaitu Zaid ibn Tsabit, 'Abdullah ibn Zubair, Sa'id ibn al-'Ash (salah seorang sesepuh warga Kufah) dan 'Abd. Rahman ibn Hisyam(123).
Keempat : al-Mushhaf yang dibukukan untuk disebar luaskan ke kantong-kantong kaum muslimin, dan statusnya sebagai pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk disosialisasikan (Lihat peta berikut).



Tugas pokok Zaid ibn Tsabit dan tiga penulis lainnya adalah menyusun ulang al-Qur'an, berdasarkan naskah perdana milik negara yang dipegang Hafshah, dimana susunannya di samping sesuai tertib urutan surah dan ayat-ayatnya, juga merangkum semua kaidah yang tiga tadi. Jadi pekerjaan komisi Zaid tidak sekedar membuat salinan dalam Lahjah Quraisy. Karena itu, seusainya pekerjaan ini Khalifah 'Utsman segera menetapkan bahwa semua dokumen dan naskah serta bacaan yang tidak sesuai dengan "al-Mushhaf" dinyatakan tidak boleh diamalkan.
Mereka berempat adalah orang-orang yang secara sah dan melalui seleksi ditetapkan oleh 'Utsman dalam kapasitasnya sebagai Khalifah. Karena itu hasil rumusan dan pengumpulan itu adalah sah dan masuk akal. Tidak mungkin Khalifah 'Utsman berani mengirimkan beberapa salinan ke berbagai daerah, bahkan menyatakan bahwa "semua dokumen di luar hasil penyusunan ini dinyatakan tidak berlaku dan harus dimusnahkan, dengan bacaannya" kalau team yang dibentuknya sendiri tidak sah dan tidak masuk akal(124). Ada tiga hal penting dalam upaya Khalifah 'Utsman yaitu :
Pertama : Bahwa dengan merujuknya kepada al-Qur'an tulisan Zaid ibn Tsabit yang berada di tangan Hafshah berarti bahwa al-Qur'an yang dikumpulkan Khalifah 'Utsman sama persis dengan aslinya, baik tertib urutan surah maupun ayat-ayatnya.

Kedua : Bahwa tata-baca yang ada di Mushhaf 'Utsman hanyalah sebagian saja dari tata-baca yang ada di Mushhaf Abu Bakar, karena sudah terseleksi periwayatannya.

Ketiga : Bahwa al-Qur'an yang dikumpulkan Khalifah 'Utsman adalah secara khusus dengan memakai tata-tulis bahasa Quraisy. Contohnya sebagai berikut :

Contoh tulisan Mushaf Utsmani, tanpa titik dan baris (syakal) (Sumber:al-Juburi:47)

Pekerjaan yang dilakukan Khalifah 'Utsman ini terjadi pada tahun 24 Hijriyah(125) dan selesai pada saat dia masih menjabat sebagai Khalifah. Kumpulan ini kemudian diberi nama "al-Mushhaf"(126) atau "al-Mushhaf al-Imam", sedang tata-tulisnya disebut "al-Rasmu al-'Utsmani", yang disepakati oleh semua sahabat(127).

Sesudah itu Khalifah 'Utsman mengirimkan salinannya beserta guru-guru yang mengajarkannya, kemudian menjadi Qari', yaitu Abu 'Amr ibn al-'Ala di Bashrah, 'Ashim, Hamzah dan al-Kisa'i ke Kufah, Ibn 'Amir ke Syam, Ibn Katsir ke Makkah, Nafi' di al-Madinah, yang kemudian dikenal dengan Qari' yang mutawatir, dan lainnya lagi ke Bahrain dan al-Yaman(128), dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia(129).

Kemudian para ulama berikutnya merumuskan dalam tiga bait berikut(130) :


Karena itu, bermacam-macam Qiro'ah dari segi sanadnya dapat diklasifikasi menjadi :

  1. "Mutawatir" yaitu yang disandarkan kepada tujuh Qari seperti yang dijelaskan di muka,
  2. "Masyhur", yaitu yang tidak sampai kepada derajat mutawatir,
  3. "Ahad", yaitu yang sanadnya sahih, tetapi tidak terkenal (masyhur), menyalahi tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani dan tata-bahasa Arab,
  4. "Syadz", yaitu yang sanadnya tidak sahih,
  5. "Maudhu'", yaitu yang tanpa sandaran periwayatan, dan
  6. "Mudraj", yaitu yang sudah mendapat tambahan / sisipan kata-kata lain, yang tidak perlu penulis rinci satu persatu(131).
Keenam macam tersebut, dari segi derajat kemutawatirannya teringkas menjadi tiga macam saja, yaitu :

  1. Qira'ah yang disepakati kemutawatirannya yaitu Qira'ah Sab'ah,
  2. Qira'ah yang diperselisihkan kemutawatirannya yaitu Qira'ah yang bersumber dari Abu Dja'far, Ya'kub dan Khalaf, dan yang
  3. Qira'ah yang disepakati ketidak mutawatirannya, yaitu yang selain kesepuluh macam Qira'ah tersebut(132).

Dengan demikian, kronologi pembukuan al-Qur'an dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Periode Nabi Muhammad :
  • Tertulis di berbagai tempat (pelepah kurma, daun, kulit, tulang, batu dlsb.), tidak berurutan Surah dan Ayatnya.
  • Sebagian disimpan di rumah Nabi dan sebagian yang lain disimpan oleh para sahabat yang mempunyai tulisan sendiri-sendiri.
2. Periode Abu Bakar :
Dikumpulkan dan dibendel menjadi satu oleh Zaid ibn Tsabit, atas perintah Khalifah Abu Bakar karena usulan 'Umar ibn Khathab,dengan tata-tulis yang memungkinkan untuk dibaca dengan berbagai tata-baca yang diajarkan Nabi.

3. Periode 'Utsman :
Zaid ibn Tsabit, 'Abdullah ibn Zubair, Sa'id ibn al-'Ash, 'Abd. Rahman ibn Hisyam diperintah oleh Khalifah 'Utsman untuk mengumpulkan dalam tata-baca yang sama, yang memenuhi tiga rukun, yaitu sanadnya shahih, sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, dan sesuai dengan tata-tulis Bahasa Quraisy.

Dan perbandingan antara kedua al-Qur'an tersebut sebagai berikut :
1. Pengumpulan yang dikerjakan oleh Abu Bakar tahun 12 H :
Penanggung jawab : Abu Bakar,
Penulis : Zaid ibn Tsabit.
Materi : al-Qur'an dengan segala macam tata-baca yang diajarkan Nabi.
Rujukan : Hafalan Zaid dan dokumen yang dia miliki.
Latar belakang : Gugurnya 70 shahabat yang hafal dalam pertempuran di Yamamah.
Tata cara penulisan : Zaid membaca dan menulis, di bawah saksi dan dicocokkan dengan para shahabat dan dokumen-dokumen yang mereka miliki sendiri-sendiri.
Tindak lanjutnya : Disimpan Khalifah Abu Bakar, kemudian Khalifah 'Umar ibn Khathab, lalu Hafshah binti 'Umar.


2. Pengumpulan yang dikerjakan oleh 'Utsman tahun 24 H :
Penanggung jawab : 'Utsman,
Penulis : Zaid ibn Tsabit, 'Abdullah ibn Zuabir, Sa'id ibn al-'Ash, 'Abd. Rahman ibn Hisyam.
Materi : Al-Qur'an dengan ber-macam-macam tata-baca yang mutawatir saja yang datang dari Nabi.
Rujukan : Mushhaf yang disimpan Hafshah binti 'Umar.
Latar belakang : Perbedaan cara membaca yang terjadi antara sahabat warga Syam dan Irak.
Tata cara penulisan : Keempat sahabat tersebut membaca dan menulis yang sanadnya Mutawatir, sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, meskipun dalam salah satu segi saja, dengan tata-tulis Quraisy.
Tindak lanjutnya : Digandakan dan dikirimkan menyertai gurunya, ke Makkah (Ibn Katsir), untuk al-Madinah (Nafi'), untuk Khalifah 'Utsman, Bashrah (Abu 'Amr ibn al-'Ala), Kufah ('Ashim, Hamzah dan al-Kisa'i) dan Syam (Ibn 'Amir).

DAFTAR BACAAN :
87. Dhaif, al-Adab fi al-'Ashr al-Jahili. op. cit. hlm. 139.
88. Dhaif, al-Adab fi Shadr al-Islam. op. cit. hlm. 26.
89. Al-Juburi. op. cit. hlm. 5.
90. Al-Juburi. op. cit. hlm. 16.
91. Dhaif, al-Adab fi Shadr al-Islam. op. cit. hlm. 26.
92. Mukarram. op. cit. hlm. 15-16.
93. Al-Zarqani. Tt. Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-Qur'an. (Mesir: Daar Ihya'i al-Kutub al-'Arabiyah. Tt), Juz I. hlm. 370
94. Al-Suyuthi. op. cit. Juz I. hlm. 167-198, 204-205. Periksa juga al-Shabuni. op. cit. hlm 51, al-Shalih. op. cit. hlm. 276.
95. Al-Zarkasyi, op. cit. Juz I. hlm. 260.
96. Al-Suyuthi, op. cit. Juz I. hlm. 59.
97. Al-Zarkasyi, op. cit. Juz I. hlm. 283.
98. Al-Zarkasyi, op. cit. Juz I. hlm. 287.
99. Al-Zarkasyi, op. cit. Juz I. hlm. 318, Dhaif. Jahili, op. cit. hlm. 127-128.
100. HR. al-Bukhari dari Aisyah dan Ibn Abbas, al-Shabuni, op. cit. hlm. 52-53.
101. Periksa juga al-Itqan, al-Burhan, Manahil al-'Irfan dll.
102. Al-Suyuthi. op. cit. Juz I. hlm. 57, 99, 167, Ibn al-Jazari, op. cit. Juz I. hlm. 32, al-Zarkasyi, op. cit. Juz I. hlm. 237, Syauqi, Shadr al-Islam, op. cit. hlm. 26.
103. Al-Buthi, M. Sa'id Ramadhan. Ahsanu al-Hadits. (Beirut: Mansyurat al-Kutub al-Islamiyah. Tt), hlm. 34, Ensiklopedi Islam, vol. IV, hlm. 135-137.
104. Al-Zarkasyi, op. cit. Juz I. hlm. 241-243.
105. Al-Buthi, op. cit. hlm. 41.
106. Al-Suyuthi. op. cit. Juz I. hlm. 104, al-'Asqalani, ibn Hajar. Fathu al-Bari fi Shahih al-Bukhari, (Saudi Arabia. Daar al-Ifta'. Tt), Juz V, hlm. 65, al-Buthi, op. cit. hlm. 33. al-Shalih. op. cit. hlm. 70, al-Shabuni. op. cit. hlm. 53.
107. Al-Buthi. op. cit. hlm. 33.
108. Al-Zarkasyi. op. cit. Juz I. hlm. 270.
109. Al-Suyuthi. op. cit. Juz I. hlm. 90. al-Zarkasyi. op. cit. Juz I. hlm. 270.
110. Tujuh dalam arti banyak, bukan tujuh dalam makna yang sebenarnya. Periksa Kitab al-Sab'ah Ibn Mujahid, al-Nasyr Ibn al-Jazari, dll.
111. Hadits al-Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas, Umar ibn Khathab, Muslim dari Ubai ibn Ka'ab, Abu Ya'la dari Utsman, al-Tirmidzi dengan sanadnya dari Ubai ibn Ka'ab, Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Qais, al-Thabrani dari Zaid ibn Arqam, Ibn Djarir al-Thabari dari Abu Hurairah, al-Bukhari dari Aisyah dan Ibn Abbas dan lain-lain dapat dilihat kembali dalam kitab-kitab "Ulum al-Qur'an".
112. Ibn Katsir, Tt. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, (Al-Qahirah: Daar Al-Hadits. Tt.), Jilid I, hlm 26.
113. Al-Maraghi, Musthafa. Tafsir Al-Maraghi, (Beirut: Ihyaa'u al-Turaats al-'Arabi. 1974), Juz I, hlm. 39.
114. Ibn Hajar, op. cit. Jilid IV. hlm. 98, al-Shabuni, op. cit. hlm. 50-53.
115. Al-Suyuthi, op. cit. Juz I. hlm. 164, al-Shabuni, op. cit. hlm. 54.
116. Para shahabat yang hafal, seperti Abu Bakar al-Shiddiq, 'Umar ibn al-Khathab, 'Utsman ibn 'Affan, 'Ali ibn Abi Thalib, 'Aisyah binti Abu Bakar, Hafshah binti 'Umar, Ummu Salamah, Ubai ibn Ka'ab, Mu'adz ibn Jabal, Abu Zid ibn Sa'id, 'Abdullah ibn Mas'ud dan lainnya (Farid Wajdi, Dairatu al-Ma'arif. Vol. VII. hlm 666).
117. Al-Shabuni, op. cit. hlm. 215-218.
118. Al-Suyuthi. op. cit. Juz 1. hlm. 148, al-Shalih. op. cit. hlm. 77.
119. HR. al-Bukhari, Lihat al-Shabuni, op. cit. hlm. 57-60.
120. Al-Shalih. op. cit. hlm. 80-81.
121. Ibn Hajar, op. cit. Juz VI. hlm 99, al-Buthi, op. cit. hlm. 37-38.
122. Al-Shabuni, op. cit. hlm. 57-58.
123. Al-Suyuthi, op. cit. Juz 1. hlm. 59.
124. Al-Shalih. op. cit. hlm. 83.
125. Al-Shabuni. op. cit. hlm. 60. Periksa juga al-Buthi, op. cit. hlm. 40.
126. Al-Suyuthi. op. cit. Juz I. hlm. 165.
127. Al-Qasthulani, Lathaif al-Isyarat, hlm. 211, dikutip oleh al-Syalabi, dalam Rasmu al-Mushaf hlm. 9.
128. Ibn al-Jazari, op. cit. Juz I. hlm. 7.
129. Al-Suyuthi, op. cit. Juz I. hlm. 61.
130. Shahibu al-Thayibah, al-Zarqani. op. cit. Juz I, hlm. 411.
131. Al-Shalih, op. cit. hlm. 247-258.
132. Periksa juga kitab Ibn Mujahid dan Ibn al-Jazari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar