Banyak orang menganggap bahwa al-Qur'an itu sulit dipahami. Hal ini tidak benar, sebab :
- Pertama : kata "sulit" itu bisa saja terjadi kalau sudah berkali-kali mencoba tapi tidak bisa, padahal yang dicoba baru beberapa ayat saja, dan tidak mungkin untuk memahami satu ayat saja sampai berkali-kali mencoba,
- Kedua : bukan Bahasa al-Qur'annya yang sulit, akan tetapi kosa kata Bahasa Indonesianya yang tidak selengkap Bahasa Arab, banyak kata-kata Arab sendiri yang dipakai oleh Bahasa Indonesia,
- Ketiga : belum tentu kata-kata yang ada di dalam Bahasa Indonesia bisa dipakai untuk memaknai bahasa yang dikehendaki al-Qur'an,
- Keempat : usia Bahasa Indonesia masih muda (belum satu Abad) jadi sistem susunan kalimatnya tidak bisa menyamai Bahasa al-Qur'an, dan
- Kelima : karena faktor gurunya atau cara belajarnya yang tidak/kurang tepat.
1. Secara Ideologis :
Al-Qur'an adalah kitab suci yang
diwahyukan oleh Allah SWT, berfungsi sebagai petunjuk. Maka tidak mungkin Allah
Yang Maha Bijaksana menurunkan petunjuk-Nya dengan menggunakan bahasa yang
sulit. Anggapan itu sama dengan menganggap Tuhan tidak mengerti atau bahkan
Tuhan mempersulit hamba-Nya. Surah Thaha : 2 menyatakan "Kami tidak
menurunkan al-Qur'an kepadamu (Muhammad) supaya engkau menjadi susah",
jadi jelas anggapan yang demikian itu tidak benar dan tidak mungkin. Al-Qur'an
sendiri telah berulang kali menegaskan "mudah", sebagaimana yang tertuang di dalam Surah Maryam : 97,
al-Dukhan : 58, dan di dalam al-Qamar : 17, 22, 32, dan 40. Penegasan itu tidak
ada artinya kalau kenyataannya sulit. Karena itu, hanya ada satu kemungkinan
saja, yaitu yang benar adalah Allah swt. Bahwa Al-Qur’an tidak sulit.
2. Secara scientis :
a. Masalah Kosa katanya,
Banyak sekali kata-kata Arab yang sudah
pindah menjadi Bahasa Indonsia yang baku, mulai dari kata-kata yang telah
memasyarakat, seperti ziarah, zakat, rizki, nafkah, sadaqah, soal, jawab,
masalah, membahas, makalah, kalbu, wajah, sahabat, karib, selamat, tamasya,
sampai-sampai "ilmu" pun dari kata-kata Arab. Begitu juga kata-kata
yang dipakai dalam pergaulan politik, mulai dari dewan, wakil, rakyat, majelis,
amanat, wilayah, daerah, wali, hukum, hakim, hak asasi, musyawarah, mufakat,
dan lain sebagainya. Maka kurangnya kosa kata Bahasa Indonesia tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengatakan "al-Qur'an
itu sulit", misalnya, untuk mengartikan satu kata-kata "قَالَتَا"
saja, diperlukan enam buah kosa kata Bahasa Indonesia, yaitu: dia dua orang
perempuan telah berkata.
b. Soal Laki dan Perempuan.
Kalau saya katakan ”keponakanku datang”,
tentu pema-hamannya hanya sebatas kepada seorang keponakanku saja. Kalau yang
diajak berbicara belum tahu siapa keponakanku, tentu dia tidak dapat memastikan
apakah dia laki-laki atau perempuan, apakah anaknya kakak atau adik saya,
apakah yang punya anak itu laki-laki atau perempuan. Tapi, kalau saya katakan
dengan menggunakan Bahasa Arab : "جَاءَ ابْنُ أَخِيْ
الصّغِيْرِ", semua orang pati tahu kalau keponakanku yang
datang itu adalah anak laki-lakinya adik saya yang laki-laki.
c. Masalah tanda-tanda Kata Kerja, atau
Kata Benda.
Selain itu, Bahasa Arab membedakan antara
kata kerja, kata benda, dan huruf. Masing-masing ada tanda-tandanya sendiri
yang mudah diamati, tidak perlu menggunakan mikroskop, dan semua beraturan.
d. Sesuai antara tulisan dan bunyinya.
Di sisi lain, Bahasa Arab itu huruf-hurufnya
lebih banyak, yaitu 28 atau 29 huruf abjad, dan semuanya pas, sesuai dan
konsekuen antara tulisan dengan bacaan atau bunyinya, tidak berubah dibaca
begini atau begitu.
e. Bentuk Jama' (banyak).
Dalam menyatakan banyak, Bahasa Arab
al-Qur'an ada aturan yang mudah dimengerti; yaitu, kata-kata itu diberi akhiran
وا, ون, ين, نَ, atau ات,
dan masing-masing ada tempatnya sendiri-sendiri yang sudah pasti; atau
kata-kata itu diubah bentuknya dengan patokan tertentu yang gampang ditengarai.
f. Sesuai antara tulisan dan arti /
maknanya.
Di sisi lain, Bahasa Arab pas antara
huruf-hurufnya dengan arti/maknanya. Seperti kata-kata رحمن, رحيم, رجيم, شيطان, جبّار, الحاقّـة, مغضوب, ضالين, زلزلت dan lain sebagainya.
g. Mengandung irama.
Dengan adanya huruf panjang pendek, tebal
dan tipis itulah maka lahirlah intonasi dan irama tertentu, dan semua orang
dapat membaca suatu susunan kalimat dengan lagu sesuai dengan nada dasarnya;
itu pun dapat dilantunkan kapan saja, serta enak didengar, dan tidak
membosankan; bahkan untuk dapat melantunkannya tidak perlu alat bantu musik,
lagunya pun terlahir secara otomatis, tidak perlu diciptakan berjam-jam, dapat
dibaca dengan speed cepat sedang atau lambat.
h. Susunannya tidak tumpang tindih.
Di dalam al-Qur'an tidak pernah ada
susunan kalimat yang rawan, atau yang artinya bisa begini atau bisa begitu.
Kalau toh ada, itu hanya karena belum mengenal istilah / ungkapan bahasa yang
dipakai al-Qur'an.
3. Secara historis :
Bahwa al-Qur'an sudah turun sejak 14 abad
yang lalu, sampai sekarang bahasanya tidak pernah berubah sedikit pun, hanya
model tata-tulisnya yang dapat dibentuk dengan berbagai gaya tata tulis; bahkan
banyak orang yang senang menikmati keindahan seni tulisan kaligrafi.
4. Secara sosiologis :
Anggapan bahwa al-Qur'an itu sulit
terbantah oleh banyaknya orang yang hafal al-Qur'an di luar kepala, bahkan anak-anak
pun dapat menghafalnya; itu dari segi tata bacanya. Masalah memahami maknanya
adalah masalah waktu, bukan masalah sulit kosa katanya. Banyaknya orang yang
dapat membaca dan mengerti artinya menjadi bukti bahwa Bahasa al-Qur'an tidak
sulit. Sama dengan orang yang belajar mengendarai sepeda motor, walaupun
rodanya hanya dua, satu di muka dan satu di belakang, adalah bukti bahwa naik
sepeda motor itu tidak sulit, sekalipun ada orang yang tidak bisa naik, dan itu
pun kalau ada tidak dapat dijadikan alasan untuk menganggap bahwa naik sepeda
motor itu sulit.
5. Secara edukatif.
Al-Qur'an terdiri dari 30 Juz. Nabi SAW. menerima al-Qur'an selama 23
tahun. Kalau saja al-Qur'an hanya terdiri dari 23 Juz, berarti Nabi SAW. menerimanya
setiap tahun hanya 1 Juz, atau kira-kira 10 lembar bolak-balik. Berarti 7 Juz
sisanya dibagi 23 tahun sama dengan kurang lebih 2 lembar pertahun. Berarti
Nabi SAW. menerima al-Qur'an setiap tahun kurang lebih hanya 12 lembar, ini
berarti Nabi SAW. menerimanya 1 lembar setiap bulan, berarti setiap halaman
dipelajari dalam waktu 2 minggu, berarti setiap minggunya separoh halaman, atau
7 baris, berarti satu hari hanya 1 baris. Ini tidak mungkin sulit. Sehari
semalam adalah 24 jam, menurut dokter yang sehat tidurnya 8 jam, untuk kerja
kantor 10 jam (termasuk perjalanannya), 4 jam untuk menyelesaikan pekerjaan
rumah, rapi-rapi atau bersih-bersih dll. Jadi setiap hari masih ada sisa waktu 2
jam. Tidak usah 2 jam, ambil saja misalnya satu hari maksimal 1 jam untuk
mempelajari 1 baris tadi, pasti tidak akan sulit, apalagi dalam satu baris saja
sering terjadi pengulangan kata.
Perlu diingat, karena Juz 1 saja 70 % nya
merupakan pengulangan, maka berarti juz-juz berikutnya tentu kosa katanya akan
senantiasa berkurang terus dari jumlah 70 % itu. Dengan asumsi ini, bahwa
belajar memahami al-Qur'an cukup hanya 4 Juz pertama saja, sebab juz-juz
berikutnya sudah tahu semua artinya. Bahkan banyak sekali kata-kata yang
terulang itu persis apa adanya, tidak berubah. Ini pun masih dipermudah lagi
dengan banyaknya ayat-ayat yang bersifat kesejarahan yang menceritakan kiprah
dan perjuangan para Nabi dan Rasul serta umat terdahulu yang tidak akan berubah
alur ceritanya. Jadi sekali baca pasti faham.
Kalau seandainya sulit, maka yang berhak
mengatakan sulit harus orang Arab itu sendiri, karena mereka yang punya bahasa.
Di dalam sejarah banyak orang Arab terperangah, terkagum-kagum. Sayyidina Umar
ra. masuk Islam gara-gara membaca bukan saja keindahan bahasa al-Qur'an, tetapi
juga sekaligus isinya. Para penyair dan orang kafir banyak yang penasaran,
sampai-sampai mereka mengatakan Muhammad gila (al-Anbiya' : 5, al-Shafaat : 36,
al-Haaqah : 41), Muhammad tukang sihir (al-Maidah : 110), Muhammad penyair
(Yasin : 69), dan masyarakat jin pun terkagum-kagum mendengarkannya (al-Jin :
1-5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar